Malam itu alunan nada indah tercipta dari alat musik bernama piano yang dimainkan oleh seorang gadis cantik. Ran mouri, itulah namanya.
Ia tengah menunggu kekasihnya, Shinichi Kudo. Mereka berdua akan merayakan hari jadi hubungan mereka tepat yang ke-2 tahunnya. Ran berharap hubungannya dengan Shinichi akan abadi sampai maut memisahkan mereka.
Sambil menunggu Shinichi, Ran
terus memainkan alat musik itu. Alunan suara piano tersebut benar-benar indah
untuk didengar. Ia berharap kekasihnya itu dapat segara datang dan melihat
bagaimana kehebatannya dalam bermain piano ini.
Shinichi, cepatlah datang. Aku
menunggumu. Itulah yang selalu terfikirkan olehnya. Ia tak mau gaun indah yang
sudah ia kenakan tak berarti apa-apa pada malam ini. Padahal malam ini adalah
peristiwa yang sangat penting bagi keduanya.
Ternyata penantian Ran tidak
sia-sia. Tak lama kemudian Shinichi datang memakai pakaian yang gagah dan
rapih, sangat serasi dengan pakaian yang dikenakan Ran.
Dari arah berlawanan tempat Ran
mamainkan piano, Shinichi datang perlahan mendekatinya dengan membawa setangkai
bunga mawar merah. Sungguh suasana yang romantis.
Malam semakin indah dengan
adanya lilin-lilin kecil yang dipasang
disekitar tempat Ran bermain piano. Cahaya lilin-lilin tersebut nampak memberi
setitik kehangatan di tengah dinginnya malam.
“Selamat
malam Ran”, suara Shinichi benar-benar membuat Ran senang.
“Shinichi,
kau datang ?”
“Tentu
saja, aku tak mungkin melewatkan hari ini. Ini mawar cantik untukkmu. Tapi
cantiknya mawar ini tidak secantikmu Ran”
“Kau
bisa saja Shinichi, terimakasih ya”, jawab Ran sambil menerima mawar tersebut.
Kini keduanya duduk menghadap
piano yang tadi dimainkan oleh Ran.
“Ayo
Ran, coba kau berikan satu lagu untukku”
Tanpa
menunggu waktu lama, Ran segera memainkan alat musik tersebut. Dan seperti
biasanya, lantunan musik yang diciptakan betul-betul indah. Tak heran Shinichi
tampak terpana melihat Ran seperti ini.
“Kemampuan
memainkan pianomu masih sangat hebat ya”
“Terimakasih
Shinichi, ini juga berkat kamu”
“Oh
iya Ran, apa kau ingat saat pertama kali kita bertemu ?”
“Tentu
saja aku ingat. Kita pertama kali bertemu saat SMA, di SMA Teitan. Iya kan ?”
“Iya,
itu benar. Aku benar-benar tak bisa melupakan kejadian itu...”
****
Shinichi
Pagi
itu aku sangat terburu-buru ingin segera masuk ke kelas karena aku tahu saat
itu aku sudah terlambat. Tapi saat aku akan masuk ke kelasku, tiba-tiba kau
keluar dari sana dan tak sengaja menabrakku. Buku yang kau bawa berjatuhan di
lantai. Tentu saja aku ikut membantumu untuk mengambil buku-buku tersebut. Tapi
secara tidak sengaja, saat aku hendak mengambil salah satu buku yang jatuh, tanganmu
berada tepat di atas tanganku.
Dan saat itu kita saling menatap
mata kita masing-masing.
“Maaf ini semua
salahku”, kau memohon maaf padaku.
“Tidak tidak, ini
salahku”
“Aku murid baru
disini. Dan ternyata aku salah masuk kelas. Seharusnya aku berada dikelas
sebelah. Ini semua salahku, maaf”
“Oh iya tidak
apa-apa”, jawabku sambil terus menatap matamu.
Tapi kau langsung bergegas
meninggalkanku dan masuk ke kelasmu yang seharusnya. Rambut panjangmu yang
terurai bebas benar-benar menarik perhatianku. Tapi sayangnya aku belum tahu
siapakah namamu atau hal lainnya yang berkaitan denganmu.
Ran
Waktu pulang sekolah tiba. Aku
keluar gerbang bersama salah satu teman yang baru kukenal, yaitu Sonoko. Ia
teman yang baik, bisa menerima aku apa adanya.
Dan saat itu juga
aku mencaritakan kejadian tadi pagi yang membuat aku merasa bingung.
“Oh jadi begitu.
Kau tak sengaja menabrak seorang siswa dari sekolah. Dan kau menjadi bingung
karena belum tahu siapa namanya ?”, kudengar omelan Sonoko yang tak pelan
suaranya.
“Ssst... jangan
keras-keras. Bagaimana jika nanti ada yang dengar ?”
“Iya-iya maaf.
Nanti aku bantu deh agar kamu bisa berkenalan dengan dia”
Shinichi
Saat pulang sekolah, aku bergegas
menuju alamat rumah yang Kaito berikan kepadaku. Katanya, rumah itu adalah
rumah wanita yang tadi pagi bertabrakan denganku. Dan Kaito memberi tahu bahwa
murid baru yang berada di kelasnya itu bernama Ran Mouri.
Akhirnya sampai juga aku didepan
rumahnya. Aku masuk dan mengetuk pintunya hingga ada seseorang membukakan
pintu.
“Maaf, anda siapa
?”, tanya seorang pria berkumis. Mungkin ayahnya Ran.
“Maaf om. Saya
Shinichi temannya Ran. Rannya ada ?”
“Dia tadi bermain
ke rumah Sonoko, memang ada apa?”
“Oh tidak apa om,
hanya saja ada bukunya yang terbawa oleh saya. Ini”
“Terimakasih.
Nanti akan saya sampaikan pada Ran.”
Ran
Satu bulan berlalu. Dari keterangan
ayahku, laki-laki yang dulu menabrakku bernama Shinichi Kudo. Setiap hari
sebenarnya kita bertemu disekolah. Tapi aku dan dia hanya saling menyapa dan
tak lebih.
Hingga suatu saat
aku diajaknya untuk ke taman belakang sekolah saat kegiatan belajar berakhir.
“Ran, ada yang
ingin kukatakan padamu”
“Apa itu Shinichi
?”, aku sungguh canggung saat itu.
“Mungkin hal ini
terdengar aneh. Tapi... harus ku akui bahwa aku... mencintaimu”
“Apa ?”, saat itu
aku sebenarnya senang tapi bercampur kaget.
“Salah ya?”
“Tidak, tidak
salah, bahkan aku juga...”
“Kau juga kenapa
?”
“Aku juga
mencintaimu Shinichi. Memang sebenarnya kita baru kenal sebentar tapi... entah
apa yang kurasakan saat ini. Benar-benar berbeda rasanya”
“Aku juga
merasakan hal yang seperti itu”
Kita berada di
taman itu hingga matahari mengakhiri tugasnya saat itu. Dan warna orange
matahari saat terbenam itu menjadi saksi awalnya kisah cinta kita...”
****
Shinichi dan Ran tertawa bersama
saat keduanya mengenang masa-masa dimana keduanya baru kenal satu sama lain.
“Lucu
sekali ya saat itu, hahaha”, Shinichi melepaskan tertawanya.
“Apanya
yang lucu ?, justru aku malu jika hal itu diungkit-ungkit lagi”
“Tak
apalah Ran. Lagipula itu kan hanya masa lalu”
“Iya
deh terserah. Oh iya Shinichi, apa kamu ingat saat kita merayakan hari jadi 1
tahunnya hubungan kita ?”
“Tentu
saja aku ingat. Itu kan saat hari kelulusan kita”
“Ya
benar. Saat itu kita merayakannya di taman belakang sekolah...”
****
Ran
Kemana Shinichi ? mengapa sampai
sekarang dia belum datang juga ? Aku sudah menunggu hampir 30 menit. Padahal
hari ini bukan hari biasa. Hari ini kan tepat 1 tahunnya hubungan kita. Ayolah
Shinichi, dimana kamu ?
Hari ini juga merupakan hari
kelulusan kita dari SMA. Aku rela meninggalkan Sonoko serta Kazuha dalam
merayakan hari kelulusan ini demi Shinichi. Tapi mana dia ? mengapa belum
datang juga?
“Raannnn...”,
kudengar suara Shinichi dari kejauhan. Dia datang, dia datang.
“Shinichi dimana
kamu ? aku telah menunggumu sejak tadi...”
Akhirnya Shinichi datang tepat
dihadapanku dengan membawa setangkai mawar merah yang indah.
“Ran, maaf
membuatmu lama menunggu. Ini setangkai mawar merah untukmu”
“Terimakasih
Shinichi, mengapa kau lama sekali datangnya ?”
“Kau tahu kenapa ?
itu karena aku telah menyiapkan kejutan untukmu”
“Kejutan ? kejutan
apa ?”
Tiba-tiba aku mendengar suara banyak
orang menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Tapi lagu itu diganti liriknya yang
menunjukan memberi selamat kepadaku atas hari jadiku bersama Shinichi yang ke 1
tahunnya.
Shinichi
Aku sengaja membuat Ran menunggu
lama dan membuatnya kesal. Ini kulakukan agar bisa memberi kejutan seperti ini.
Aku hadirkan Kazuha dan Sonoko, sahabat Ran. Tak lupa juga kekasih keduanya
Heiji dan Makoto ikut hadir disini. Tapi, Kaito yang datang sore ini hadir
tanpa seorang kekasih.
“Selamat hari jadi
ke-1 tahunnya ya Ran”, semua orang disana mengucapkan selamat dan memberikan
kue yang dihiasi banyak lilin diatasnya.
“Ayo tiup lilinnya
agar hubungan kalian bisa lenggeng selamanya”, sepertiya Heiji tak sabar ingin
memakan kue ini.
Tanpa menunggu waktu lama, aku dan
Ran segera meniup lilin yang berada di permukaan kue itu hingga lilin itu
akhirnya padam. Sonoko segera mengambil krim berwarna putih kue tersebut. Lalu
ia mengoleskan krimnya ke wajah Makoto. Melihat Sonoko berbuat seperti itu
tentu saja Makoto membalasnya.
Tapi tak hanya mereka berdua, Heiji
dan Kazuha mengikuti apa yang dilakukan oleh Sonoko dan Makoto. Bahkan Kaito juga
menaruh seluruh kue penuh krim itu kewajahku. Tentu saja itu membuat wajahku
sangat berantakan penuh krim. Semua tertawa terbahak-bahak, tak terkecuali Ran.
****
“Hahaha, aku ingat sekali
kejadian itu”, Ran tak bisa menahan tawanya. “Mungkin kejadian itu memang lucu
dan sangat menarik. Tapi aku membutuhkan waktu lama untuk membersihkan krim itu
dari wajahku”, Shinichi tampak jengkel.
“Tak
apa dong Shinichi, itu kan demi hari jadi kita”
“Uh,
tapi aku kesal dengan Kaito. Seenaknya saja dia membiarkan kue itu jatuh
kewajahku”
“Tapi
kan kau sempat memakan kue itu. Bahkan saat itu aku yang menyuapinya kepadamu.
“Hehe,
iya juga sih.
Keduanya diam sejenak. Mereka
bingung harus membicarakan topik apalagi. Hingga Shinichi membuka pembicaraan
baru lagi.
“Kau
ingat dengan Shiho, Ran ?”
“Oh
maksudmu mahasiswi jurusan psikologi yang satu kelas denganmu di bangku
kuliah?”
“Iya,
dia orang kumaksud”
“Memang
ada apa dengan dia?”
“Apa
kamu tidak ingat bahwa dia pernah mengatakan bahwa hubungan kita tidak akan
bertahan lama ?”
“Masalah
yang waktu itu ya ? Tentu saja aku masih ingat...”
****
Shinichi dan Ran berada di satu
kampus yang sama, tetapi berbeda jurusan. Shinichi mengambil jurusan psikologi
sedangkan Ran mengambil jurusan seni musik. Hari itu keduanya selesai
menjalankan aktivitas mereka masing-masing. Seperti biasa, saat waktu pulang
tiba, mereka selalu bertemu di depan gerbang kampus.
“ Hei Shinichi,
sudah menunggu lama ?”
“Belum kok Ran”,
jawab Shinichi.
Mereka berdua berbincang tentang
hari-hari yang mereka lalui tadi pagi hingga sore. Tapi tiba-tiba datang wanita
berambut pendek yang menghampiri keduanya dengan tatapan yang dingin.
“Oh jadi dia
kekasihmu, Shinichi ?”, tanya wanita itu dengan nada dan wajah yang dingin.
“Iya, kenalkan dia
Ran”, jawab Shinichi.
Ran menjabat
tangan wanita itu.
“Nama kamu siapa
ya ?”
“Aku Shiho”
“Aku Ran, salam
kenal”
“Hubungan kalian
tak akan bertahan lama”, tiba-tiba saja Shiho mengatakan hal yang membuat Ran
dan Shinichi kaget.
“Maksud kamu apa
?”, tanya Shinichi dengan nada yang serius.
“Hubungan kalian
akan berakhir”
“Hei jawab yang
benar !”
“Bagaimanapun cara
kalian untuk menghindari sesuatu yang akan membuat kalian berpisah. Itu
percuma, karena tak lama lagi hubungan kalian akan kandas seiring berjalannya
waktu...”
Shiho pergi, Shinichi tampak takut
dengan apa yang dikatakannya. Ia takut semuanya benar. Tapi Ran berusaha
menenangkannya.
****
“Sudahlah Shinichi, lupakan saja
tentang hal itu”
“Tapi
Ran, bagaimana jika itu benar?, kau tahu kan bahwa ia itu bisa meramal. Dan
bahkan, ramalannya selalu tepat.
“Kau
jangan seperti ini dong Shinichi”
“Kata
Kaito, sudah banyak pasangan yang putus gara-gara ia berkata seperti itu”
“Apa
kau mau kehilanganku ?”
“Tantu
tidak”
“Maka
dari itu percaya padaku, bahwa hubungan kita tidak akan berakhir semudah itu.
Kedua orang tua kita sudah merestui hubungan kita kan ? bahkan teman-teman
tidak ada yang tidak senang dengan hubungan kita. Apa yang perlu kita takutkan
Shinichi ?”
Shinichi diam sejenak, matanya
mentatap mata Ran secara tajam. Ia percaya dengan apa yang dikatakan oleh
kekasihnya ini.
“Kau
benar Ran, aku harus percaya pada diri sendiri dan padamu bahwa hubungan kita
akan terus ada sampai maut yang memisahkan kita”
“Itu
baru Shinichi yang kukenal”
“Ran,
mau berdansa denganku ?”
“Tentu”
Keduanya beranjak dari tempat mereka
duduk. Shinichi menyetel lagu romantis untuk musik pengiringnya. Tak ada cahaya
lampu yang menemani mereka. Yang ada hanyalah lilin-lilin kecil yang memberikan
setitik cahaya juga kehangatan.
Mereka berdua berdansa layaknya
orang yang sedang dimabuk asmara. Mareka berdua saling menatap satu sama lain
dengan tatapan yang tak biasa. Tatapan dengan rasa tak ingin kehilangan.
Gaun panjang berwarna putih milik
Ran serta jas hitam yang dikenakan Shinichi membuat keduanya sangat cocok
menjadi pasangan kekasih yang tak pernah terpisahkan.
“Ran,
aku mencintaimu”
“Aku
juga Shinichi”
Keduanya sangat menghayati alunan
musik jazz yang di putar Shinichi itu dengan berdansa. Irama musik yang
dimainkan dapat menyatu dengan dansa yang mereka lakukan. Shinichi dan Ran
teringat kembali bagaimana masa-masa indah mereka beberapa minggu yang lalu...
****
Hari
itu Shinichi, Ran, Heiji dan Kazuha bersama-sama mendatangi tempat karaoke untuk
mengisi hari weekend mereka. Tampak sekali mereka berempat begitu menikmati
alunan musik yang ada. Ran yang senang bernyanyi benar-benar senang saat
Shinichi menyerahkan mic karaoke itu kepadanya.
Shinichi menikmati sekali alunan
lagu yang dinyanyikan oleh Ran. Suaranya benar-benar menghanyutkan. Tak kalah
dari itu Heiji mencoba bernyanyi dengan suara yang pas-pasan. Dan bisa ditebak,
suaranya fals dan semuanya menutup telinga.
“Suaramu jelek
Heiji!”, begitulah komentar ketiga orang itu.
Selesai berkaraoke, Heiji dan Kazuha
pulang duluan karena ada hal penting yang memaksa mereka pergi. Hanya Shinichi
dan Ran lah yang tersisa kini. Keduanya mendatangi tempat photo box, mereka
ingin mempunyai kenangan untuk hari ini. Kenangan yang akan diingat untuk
selamanya.
Berbagai gaya mereka coba saat
berada dalam box ini. Senyum, tertawa, pura-pura sedih, semua mereka lakukan
agar mendapat hasil yang bagus.
“Hei Ran, lihat
foto ini ! kau terlihat lucu saat menggembungkan pipimu”, Shinichi berkomentar
saat foto itu berhasil dicetak.
“Ah masa ? jelek
ah...”
“Lucu Ran”
“Jelek”
“Iya deh, kamu
memang jelek, hehe”
“Shinichi !”, Ran
memukul-mukul badan Shinichi.
“Aduh ampun-ampun
hahahaha”
“Tapi foto yang
lainnya bagus kan ?”
“Tentu saja Ran”,
jawab Shinichi
****
Waktu menunujukkan pukul 7 malam.
Seorang wanita berada di ruang operasi dengan keadaan tertidur karena dibius.
Dokter bersama asisten-asistennya berusaha menjalankan operasi ini dengan baik
agar mendapatkan hasil yang maksimal kepada pasien muda ini.
****
Ran membuka matanya. Aroma khas
rumah sakit dapat tercium tajam oleh salah satu alat indranya. Ia sangat bingung.
Bingung melihat keadaan disana.
“Aku
ada dimana ?”, tanya Ran.
“Kamu
di rumah sakit Ran”, jawab Sonoko yang saat itu ada disana.
“Rumah
sakit ?”
Ran masih kebingungan. Ia melihat
pakaian yang dikenakannya berwarna biru panjang. Pakaian yang biasa dikenakan
pasien rumah sakit. Ran makin bingung ketika melihat dua orang wanita seumuran
dirinya. Juga melihat dua orang pria berkulit hitam.
“Kalian
siapa ?”
“Aku
Sonoko, Ran”
“Aku
Kazuha”
“Aku
Hattori”
“Dan
aku Makoto”
“Kalian
? ternyata seperti ini wajah kalian ?”
“Iya
Ran inilah kami”, jawab Kazuha.
“Syukurlah
operasi cangkok matamu berhasil dilakukan Ran”
“Iya
Sonoko, terimakasih. Aku sampai lupa kalau malam kemarin aku melakukan operasi
mata.”
“Bagaimana
keadaanmu Ran ?”
“Sudah
baikan Heiji. Oh ya, mana Shinichi ?”
Semua terdiam. Tak ada satu orangpun
yang menjawab pertanyaan Ran.
“Mana
Shinichi ?”
“Shinichi...
Shinichi...”, Makoto tak bisa mengatakan yag sebenarnya.
“Mana
Shinichi ?”, Ran mulai kesal dan tampak cemas.
“Shinichi
telah mendonorkan matanya untukmu Ran”
“Apa
? Apa maksud kalian ?”
“Shinichi
sudah...”
“Tidak,
tidak... ini tidak mungkin !”, Ran berteriak histeris dan mulai bangkit dari
tempat tidurnya.
“Ran,
Shinichi sudah meninggal !”, Sonoko benar-benar menegaskan Ran.
“Tidak,
ini tidak mungkin !, Shinichi pasti masih hidup. Satu minggu lalu aku dan dia
marayakan hari jadi kita yang ke-2 tahunnya, dia pasti ada disini”
“Sadar
Ran, Sadar ! dia sudah meninggal”
“Aku
akan mencari Shinichi !”
Ran beranjak dari tempat tidurnya.
Lari dari kamar tempat dia dirawat. Segera ia berlari kesana kemari meski ia
tak tahu harus kemana. Dalam fikirannya ia hanya memikirkan Shinichi. Ran terus
berlari, terus berlari hingga keluar dari rumah sakit. Sonoko, Heiji, Makoto,
dan Kazuha ikut berlari mengejar Ran.
Saat sudah keluar dari rumah sakit,
Ran tampak pusing. Matanya tampak berkunang-kunang. Pandangannya kabur. Mungkin
kinerja matanya belum bisa bekerja dengan sempurna untuk saat ini. Hingga
akhirnya Ran pingsan ditengah jalan.
****
Hari
itu adalah hari dimana pertama kalinya Ran dan Shinichi bertemu. Saat kejadian
dimana mereka saling bertabrakan. Ran tampak kesulitan ketika hendak mengambil
buku yang jatuh. Matanya entah memandang ke arah mana, yang jelas saat itu ia ingin
mengambil buku yang jatuh.
Shinichi bingung saat melihat
keadaan Ran yang seperti itu. Tangannya ia gerakan di depan mata Ran, tapi Ran
tidak merespon. Dan disitu pula Shinichi tahu bahwa Ran buta.
Saat Shinichi mengatakan cintanya
kepada Ran, sebenarnya Ran menolak karena keadaannya saat itu. Tapi Shinichi
tidak mempedulikan masalah itu.
Saat Shinichi, Ran, Heiji dan Kazuha
ke tampat karaoke, Ran tidak bisa melihat layar LCD di tempat karaoke itu. Ia
hanya mengandalkan ingatannya tentang lagu yang ia nyanyikan.
Saat Shinichi dan Ran berfoto
bersama. Banyak hasil foto yang menunjukan mata Ran tidak berada tepat di depan
kamera. Ia lebih sering melihat ke samping. Tapi Shinichi tidak memperbesarkan
masalah itu.
Saat merayakan hari jadi ke-2 tahun
hubungan mereka. Shinichi mengajak Ran berdansa. Tapi seperti biasanya, Ran
tidak menatap Shinichi, padahal Shinichi menatap mata Ran tajam. Dan saat
mereka berdansa Shinichi merasa pusing. Hidungnya mimisan, banyak mengeluarkan
darah. Tapi Shinichi tidak ingin membuat Ran kecewa. Ia tetap melanjutkan
dansanya di malam yang romantis itu.
****
Saat Ran sadar, ia sudah berada di
kamarnya. Tidak ada siapa-siapa disana, hanya dia sendiri. Ia bangun, beranjak
dari tempat tidurnya. Membuka lemari pakaiannya. Gaun indah yang saat itu
dipakai Ran ternyata belum dicuci.
Ia sadar karena melihat noda
darah di gaunnya. Noda berwarna merah yang belum terhapuskan. Bercak darah itu
berbentuk seperti telapak tangan manusia. Mungkin itu tangan Shinichi saat
menahan darah yang keluar dari hidungnya.
“Ternyata
Shiho benar. Hubunganku dengan Shinichi kandas ditengah jalan”
Selesai...
Keren... Huwaaa... tapi DC yg asli harus happy ending!!! >_<
ReplyDeletesedih oiy.. aslinya jangan ah hahhaha
ReplyDelete