Tuesday, December 31, 2013

Light Fire in The Silence




 Light Fire in The Silence

Suasana malam kota Jogja rasanya tidak pernah berubah di mata Clarisa. Ramai, bising, indah, padat akan individu, dan… kesendirian. Ia sudah terbiasa mengasingkan diri dari teman-temannya dan sengaja berkeliling Jalan Malioboro untuk sekadar menghabiskan waktu setelah bermain biola saat di rumahnya tadi.
Dengan tanpa semangat, ia terus menggerakkan kaki di tengah kerumunan individu yang semakin memadati trotoar jalan. Sesekali ia mendongak, memperhatikan langit malam yang begitu pekat tanpa ada bintang yang melengkapi. Seperti hatinya, begitu kosong dengan beban berat yang selalu menghantui kehidupannya setiap hari.
Clarisa merapatkan jaketnya lebih erat. Entah mengapa, suhu malam kota Jogja menjadi lebih dingin dari biasanya. Namun, ia tak menyadari kotak kecil yang disimpan dalam saku jaketnya jatuh. Ia tidak menghiraukan itu, tetap memandang lurus ke depan tanpa menghentikan langkahnya.
Ketika berjalan, ia melihat seorang laki-laki datang dari arah berlawanan. Mata mereka sempat bertemu. Namun, sedetik kemudian keduanya kembali pada pandangan masing-masing, berjalan ke arah berbeda dengan tempat tujuan yang juga berbeda.
Clarisa menghentikan langkahnya sejenak, berpikir sesaat untuk mengingat wajah laki-laki tadi. Rasanya ia pernah melihat sosok itu, tapi ia tak mengingatnya lebih jauh lagi.
Ia kembali berjalan dengan langkah yang semakin dipercepat. Ini bukan saatnya untuk memikirkan hal yang tidak penting.
***