September 2010
Aku bergegas dari ruangan tempatku
latihan teater --ekstraulikuler yang aku ikuti-- menuju gerbang sekolah untuk
segera pulang dan istirahat setelah 3 jam aku tidak keluar dari ruangan seni
itu. Ya, aku adalah pencinta seni teater dan setiap hari Jum’at dan Sabtu aku
mengikuti kegiatan ini setelah semua jam pelajaran berakhir.
Jam 5 sore, itulah waktu yang
kuingat saat mengakhiri kegiatan teater ini. Tapi untuk memastikannya lagi,
kulihat jam tangan yang ada di lengan kiriku ini. Lho, kemana jam tanganku ?
bukankah hari ini aku memakainya ? apa tertinggal diruang teater ? sepertinya
iya.
Masih dengan seragam putih abu-abu
ini, aku segera balik arah menuju ruang teater untuk mengambil jam tangan
tersebut. Aku yakin disana pasti sudah tidak ada orang, karena yang kuingat
saat ku keluar dari ruangan itu hanya ada aku dan kedua temanku yang lain,
yaitu Dika dan Indra dan kuyakin mereka berdua pasti sudah pulang.
Ternyata dugaanku salah, saat ku
kembali ke ruang teater ini masih ada salah satu temanku, Yumi.
“Kau
belum pulang Yumi ?”, tanyaku sopan.
Dia tak menjawab pertanyaanku
dan segera keluar dari ruangan ini menuju ke gerbang sekolah dengan wajah yang sedikit
jengkel. Ada apa dengan dia ? Pasti gara-gara masalah itu. Sejak 6 bulan yang
lalu, sikapnya berubah drastis kepadaku. Mungkin aku adalah laki-laki yang sangat
dibencinya karena peristiwa 6 bulan yang lalu. Peristiwa yang membuat hidup
kami berdua berubah ....
****